SMA PLUS DARUSSALAM

SMA PLUS DARUSSALAM
Name

Jumat, Agustus 19, 2011

LOMBA ANALISIS CERPEN

 LOMBA ANALISIS CERPEN
Peserta merupakan Siswa-siswi di SMA Plus Darussalam Lawang
Cerpen disajikan panitia di bawah panduan ini
Poin-poin analisis meliputi Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen
Cara menjawab analisis bukan di buku, tetapi langsung dijawab di link bagian bawah cerpen
Lomba analisis cerpen ini dapat dilakukan mulai info ini beredar, sampai tanggal 23 Agustus 2019.
Pemenang lomba akan diumumkan tanggal 26 Agustus 2019.
Hadiah: *Juara 1 = Uang Rp 50.000
                *Juara 2 = Uang Rp 30.000



KAKEKKU SEORANG PAHLAWAN
By: Ika purwati



Sebentar lagi, tepatnya tanggal 17 A gustus 2010 merupakan Hari Kemerdekaan Negara Indonesia tercinta ini. Ya. Ke-67 tahun. Pada jaman perjuangan, kita sudah sama-sama tahu bagaimana pemimipin dan rak yat ini bersatu melawan penjajahan. Mereka berkorban apa saja ; harta, tahta, bahkan nyawa sekalipun demi merdekanya bangsa tercinta ini. Tidak ada perbedaan suku, status sebab mempunyai satu tujuan yaitu mengusir penjajah dari bumi pertiwi.



Kakekku, ya kakekku adalah salah satu saksi yang pejuang. Dan kakekku kemudian menjadi anggota Mobrig pada tahun 1945. Setiap cerita kakekku begitu heroik dan selalu bercerita bagaimana keadaan bangsa ini

Sebelum merdeka. Dulu, kakekku bangga dengan bangsa ini yang mempunyai sifat gotong-royong, saling hormat-menghormati, selalu mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, dan selalu bermusyawarah untuk mencari mufakat. Tapi untuk saat ini kakekku merasa miris karena sifat-sifat asli bangsa ini sudah mulai luntur. Sifat sopan-santun yang mulai hilang dan muncul saling mencuriga; mudah dihasut, bercerai-berai, korupsi, dan memperkaya diri sendiri  dengan cara tidak halal.



“Kakekk, kenapa menangis?” tanyaku heran. Di teras depan sambil membaca Koran kakekku menangis.

“Kakekku sedih sekali,” suara kakek terbatah-batah. Aku tersentak sebab tidak biasanya jiwa semangat kakek berubah menjadi luruh.

“Cerita dong Kek!”

“Apa karena aku, mama, papa, atau ada keinginan Kakek?” tanyaku lagi semakin penasaran.

“Bukan karena itu cucuku, Kakek malah bahagia mempunyai keluarga, anak, cucu seperti kalian,” jawaban pertama kakek.

“Lalu apa Kek? Jangan bersedih dong Kek,” tangkasku.

“Kakek sedih membaca Koran dan berita di TV, karena bangsa ini mulai kehilangan sifat-sifat agungnya,” berhenti sesaat, “sekarang orang-orang sering tawuran, banyak korupsi dimana-mana, harga diri sudah tidak ada harganya lagi, dan sudah tidak mempunyai sifat malu.”

“Oo… karena itu Kek?” tanyaku mulai mengerti.

“Maklum sekarang kan sudah modern, Kek!” tegasku lagi.

“Kakek mengeri cucuku sekarang itu modern… tapi bukan berarti sifat baik yang diwariskan para pejuang terdahulu dilupakan. Bagaimana perjuangan para pahlawan dalam merebut bangsa ini dari penjajah, semua bersatu,”penjelasan Kakek yang mulai membuat  aku mengerti. “Sudah tidak ada lagi sifat gotong-royong dan yang ada adalah saling menjatuhkan,”lanjutkan.

“Iya, Kek,” jawabkum mengerti.

“Kakek hanya berpesan kepada cucu-cucu Kakek, ya seperti pesan Kakek kepada orang tua kalian untuk selalu berbuat baik dan belajar sungguh-sungguh untuk mengisi kemerdekaan ini,” pesan Kakekku.”Berpeganglah pada agama supaya tetap terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat,”pesannya lagi.

“Iya Kek.. pesan Kakek sering Papa dan Mamah bilang juga kok.” Balasku.



Keluargaku begitu harmonis. Sederhana tapi sangat bahagia karena nilai-nilai agama selalu diterapkan. Sifat semangat berjuang memang turunan, ya turunan dari Kakekku yang seorang pejuang. Semenjak aku didalam kandungan nilai-nilai agama sudah diterapkan. Dan orang tuaku selalu mengajarkan sopan-santun serta menghargai orang lain.



Beberapa hari age kakekku ulang tahun. Ya, ulang tahun kakek tanggal 17 Agustus jadi tidak heran kebangsaan kakek begitu besar. Dilingkungan sekitar kakekku sangat dihormati dan disegani serta jadi panutan tetangga dan lingkungan sekitarnya.

Biasanya dihari ulang tahun kakek kita selalu member kejutan, walau  sederhana tapi kita tetap member semangat hidup pada kakek yang sudah berumur senja.

Tapi untuk menyambut hari kemerdekaan RI kali ini kakekku tidak sesemangat dahulu, beberapa hari ini kakek selalu bersedih.

Sering sekali dia menangis melihat kesemerautan bangsa ini.

Kakek selalu memikirkan gimana nasib bangsa ini nanti. Dan yang paling penting kakek tidak rela meninggalkan keluarga tercintanya, ya… anak-anak dan cucu-cucunya.



Sepulang sekolah aku kaget banyak warga sekitar yang berkumpul didepan halaman rumahku. Kulihat wajah sedih warga.

Saat aku semakin mendekat mereka berucap, “Yang tabah ya, kita semua bangga pada kakekmu.”

“Ada apa ini? Ada apa yang terjadi pada kakekku?” Tanya dalam hati dan semakin cemas dan aku mempercepat langkahku masuk.

“Innalillahi  wainnalillahi rajiun…….. kakeeeekkkkkkkkkkk……..”



Seharian sebelum hari lahir kakek dan sehari sebelum bangsa ini merayakan hari kemerdekaannya, kakekku telah kembali ke Sang Pencipta. Banyak kenangan bersama kakek. Kakek menjadi idolaku, Banyak pelajaran yang kakek berikan kepadaku dan kepada cucu-cucunya yang lain, selain menanamkan agama sebagai utama kakek juga menanamkan jiwa kebangsaan kepadaku. Bukan hanya aku dan keluargaku yang kehilangan sosok kakek tapi semua warga sekitar lingkungan rumah kami juga merasa kehilangan sosok yang bersahaja dan mereka menganggap sebagai orang tua sendiri.

“I love you, kakek.” Kita akan selalu mengingat pesan kakek selamanya. Dan hari kemerdekaan ini, semoga rakyat Indonesia kembali ke nilai-nilai kebangsaan, tidak cerai-berai dan bergotong-royong membangun negeri ini sesuai amanat pahlawan terdahulu.

Selamat tinggal kakek..Engkau adalah pahlawan bagi bangsa ini dan pahlawan bagi keluarga kami..***





upload jawaban kamu di link berikut: KLIK DI SINI

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLScOI4JBMRzKRAfWckEGYbahDLXwRBbatRGA3wBd_xNo4qq1CA/viewform?usp=sf_link

0 comments:

Posting Komentar